Search This Blog

Wednesday, March 7, 2012

Budaya Organisasi


A.    Definisi
Budaya organisasi adalah sebuah sistem makna/nilai dan perilaku bersama yang dianut oleh para anggota yang membedakan suatu organisasi dari organisasi-organisasi lainnya Sistem nilai bersama ini adalah sekumpulan karakteristik kunci yang dijunjung tinggi oleh organisasi.

Budaya organisasi mewakili sebuah persepsi yang sama dari para anggota organisasi atau dengan kata lain, budaya adalah sebuah sistem makna bersama. Karena itu, harapan yang dibangun dari sini adalah bahwa individu-individu yang memiliki latar belakang yang berbeda atau berada di tingkatan yang tidak sama dalam organisasi akan memahami budaya organisasi dengan pengertian yang serupa. 

Sebagian besar organisasi memiliki budaya dominan dan banyak subbudaya. Sebuah budaya dominan mengungkapkan nilai-nilai inti yang dimiliki bersama oleh mayoritas anggota organisasi. Ketika berbicara tentang budaya sebuah organisasi, hal tersebut merujuk pada budaya dominannya, jadi inilah pandangan makro terhadap budaya yang memberikan kepribadian tersendiri dalam organisasi. Subbudaya cenderung berkembang di dalam organisasi besar untuk merefleksikan masalah, situasi, atau pengalaman yang sama yang dihadapi para anggota. Subbudaya mencakup nilai-nilai inti dari budaya dominan ditambah nilai-nilai tambahan yang unik.
Jika organisasi tidak memiliki budaya dominan dan hanya tersusun atas banyak subbudaya, nilai budaya organisasi sebagai sebuah variabel independen akan berkurang secara signifikan karena tidak akan ada keseragaman penafsiran mengenai apa yang merupakan perilaku semestinya dan perilaku yang tidak semestinya. Aspek makna bersama dari budaya inilah yang menjadikannya sebagai alat potensial untuk menuntun dan membentuk perilaku. Itulah yang memungkinkan seseorang untuk mengatakan, misalnya, bahwa budaya Microsoft menghargai keagresifan dan pengambilan risiko dan selanjutnya menggunakan informasi tersebut untuk lebih memahami perilaku dari para eksekutif dan karyawan Microsoft. Tetapi, kenyataan yang tidak dapat diabaikan adalah banyak organisasi juga memiliki berbagai subbudaya yang bisa memengaruhi perilaku anggotanya.

B. Karakteristik Budaya Organisasi 
Karakteristik Budaya yang dianut oleh suatu organisasi mencirikan bagaimanakah organisasi tersebut dalam artian yang menyeluruh. Setiap organisasi memiliki karakteristiknya masing-masing. Ada banyak pendapat yang mengemukakan karakteristik budaya organisasi, diantaranya:

1.      Luthans (2007):
  • Keteraturan perilaku yang dijalankan, seperti pemakaian bahasa atau terminologi yang sama;
  • Norma, seperti standar perilaku yang ada pada suatu organisasi atau kominitas;
  • Nilai yang dominan, seperti mutu produk yang tinggi, efiseinsi yang tinggi;
  • Filosofi, seperti kebijakan bagaimana pekerja diperlakukan;
  • Aturan, seperti tuntunan bagi pekerja baru untuk bekerja didalam organisasi;
  • Iklim organisasi, seperti cara para anggota organisasi berinteraksi dengan pelanggan internal dan eksternal atau pengaturan tata letak bekerja (secara fisik).

2.      Robbins (2003)
  • Inovasi dan pengambilan resiko (innovation and risk taking). Sejauhmana para karyawan didorong agar inovatif dan mengambil resiko dalam melakukan tugas dan pekerjaannya.
  • Perhatian terhadap detail (attention to detail). Sejauhmana para karyawan diharapkan memperlihatkan presisi (kecermatan), analisis, dan perhatian terhadap detail.
  • Orientasi pada hasil (outcome orientation). Sejauhmana manajemen memusatkan perhatian pada hasil bukannya pada teknik dan proses yang digunakan untuk mencapai hasil itu.
  • Orientasi orang (people crientation). Sejauhmana keputusan manajemen memperhitungkan dampak hasil-hasil pada orang-orang di dalam organisasi itu.
  • Orientasi pada tim (team orientation). Sejauhmana kegiatan kerja diorganisasikan berdasar tim, bukannya berdasar individu.
  • Agresivitas (aggresiveness). Sejauhmana orang-orang itu agresif dan kompetitif dan bukannya santai santai.
  • Kemantapan (stability) Organisasi menekankan pentingnya stabilitas, bukan perubahan ataupun kemajuan.

3.      Susanto A.B (1997)
  • Inisiatif Individu . Seberapa jauh inisiatif seseorang dikehendaki dalam perusahaan. Meliputi derajat tanggung jawab, kebebasan, dan independensi dari masing-masing anggota organisasi. Seberapa besar seseorang diberi wewenang dalam menjalankan tugasnya, seberapa berat tanggung jawab yang harus dipikul sesuai kewenangannya dan seberapa luas kebebasan dalam mengambil keputusan.
  • Toleransi. Seberapa jauh sumber daya manusia didorong untuk lebih agresif, inovatif, dan mau menghadapi resiko di dalam pekerjaannya.
  • Pengarahan. Kejelasan organisasi dalam menentukan tujuan dan harapan terhadap sumber daya manusia terhadap hasil kerjanya. Harapan dapat dituangkan dalam bentuk kuantitas, kualitas dan waktu.
  • Integrasi. Bagaimana unit-unit dalam organisasi didorong untuk melakukan kegiatannya dalam suatu koordinasi yang baik. Seberapa jauh keterkaitan dan kerja sama ditekankan dalam pelaksanaan tugas. Seberapa dalam interdependensi antar sumber daya manusia.
  • Dukungan Manajemen. Seberapa jauh para manajer memberikan komunikasi yang jelas, bantuan dan dukungan terhadap bawahannya dalam melaksanakan tugasnya.
  • Pengawasan. Meliputi peraturan-peraturan dan supervisi langsung yang digunakan untuk melihat secara keseluruhan dari perilaku karyawan.
  • Identitas. Pemahaman anggota organisasi yang loyal kepada organisasi secara penuh. Seberapa jauh loyalitas terhadap organisasi.
  • Sistem Penghargaan. Alokasi reward yang berdasarkan pada kriteria hasil kerja karyawan. Pada perusahaan yang sistem penghargaannya jelas, semuanya telah terstandarisasi berdasarkan kriteria yang telah ditentukan.
  • Toleransi Terhadap Konflik. Usaha mendorong karyawan untuk kritis terhadap konflik yang terjadi. Dalam budaya perusahaan yang toleransi konfliknya tinggi, perdebatan dalam pertemuan adalah sesuatu yang wajar. Tetapi dalam perusahaan yang toleransi konfliknya rendah, SDM akan menghindari perdebatan dan menggerutu.
  • Pola Komunikasi. Komunikasi organisasi yang terbatas pada hierarki formal dari setiap perusahaan.

4.      O’reilly III, Chatrman dan Caldwell (1991)
  • Inovasi dan pengambilan resiko, sejauh mana para karyawan didorong agar inovatif dan mengambil resiko.
  • Perhatian terhadap detail, sejauh mana para karyawan diharapkan memperlihatkan presisi (kecamasan), analisis, dan perhatian rerhadap detail.
  • Orientasi hasil, sejauh mana manajemen memusatkan perhatian terhadap pada hasil.
  • Orientasi orang, sejauh mana keputusan manajemen memperhitungkan dampak hasil-hasil pada orang-orang didalam organisasi itu.
  • Orientasi tim, sejauh mana kegiatan kerja diorganisasikan berdasar tim, bukannya berdasar individu.
  • Keagresifan, sejauh mana orang-orang itu agresif dan kompetitif dan bukannya santai-santai.
  • Kemantapan, sejauh mana kegiatan organisasi menekankan dipertahankannya status quo bukannya pertumbuhan.
Berdasarkan pendapat-pendapat tersebut diatas, kita bisa mengambil kesimpulan bahwa setiap budaya organisasi menunjukkan ciri-ciri atau karakteristik tertentu berskala organisasi yang bersifat homogen (sama). Semua budaya ini harus dipahami dan dipadukan, dan dikelola dengan baik agar organisasi itu dapat bekerja efektif.

 Download versi PDF

Sumber:
http://id.wikipedia.org/wiki/Budaya_organisasi - 07 Maret 2012
http://www.asrori.com/2011/04/karakteristik-budaya-organisasi.html - 07 Maret 2012
http://benaigeneration.blogspot.com/2009/01/karakteristik-budaya-organisasi-oleh.html - 07 Maret 2012