Organisasi dapat diartikan sebagai
sebuah sistem yang terdiri dari sekelompok individu yang memiliki suatu
hierarki sistematis dalam pembagian kerja, wewenang dan tanggung jawab tertentu,
dan dengan memanfaatkan sumber daya materi maupun nonmateri dalam rangka
mencapai tujuan yang telah ditetapkan secara bersama-sama, struktural dan
sistematis.
Sehingga ada batasan-batasan yang
dimiliki oleh suatu organisasi, yaitu:
- Adanya struktur atau jenjang jabatan, kedudukan yang memungkinkan individu-individu dalam organisasi memiliki perbedaan posisi yang jelas, misalnya pimpinan, staf pimpinan dan karyawan.
- Ada pembagian kerja yang jelas, artinya setiap individu dalam organisasi memiliki tugas dan tanggung jawab yang spesifik.
- Adanya penggunaan sumber daya, baik materi maupun nonmateri, misalnya sumber daya manusia, modal, mesin dan lainnya.
B. Kerangka
Model Organisasi
Untuk dapat mencapai tujuannya
dengan efektif dan pemanfaatan sumber daya organisasi secara efisien,
organisasi harus dapat memahami dirinya sendiri, karena hal tersebut menentukan
bagaimana cara pencapaian tujuan organisasi serta bagaimana pemanfaatan sumber
daya yang ada diupayakan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan
sebelumnya. Ada 4 (empat) kerangka model organisasi, yaitu:
1. Kerangka Struktural
Organisasi yang mendasarkan dirinya
pada kerangka struktural lebih berfokus pada kejelasan peran dan tanggung jawab
masing-masing individu, dimana hal tersebut telah distate secara definitif
dalam suatu struktur organisasi yang melingkupi semua orang dalam organisasi.
Pada kenyataannya dewasa ini hampir semua organisasi menggunakan kerangka model
ini, sebab memudahkan dalam pengendalian dan adanya pembagian tugas yang jelas.
2. Kerangka Sumber Daya Manusia
Konsepnya adalah keselarasan antara
kebutuhan organisasi dengan kebutuhan tiap-tiap pekerja yang terlibat di
dalamnya, yaitu bagaimana agar tujuan organisasi bisa tercapai dan kebutuhan
orang-orang di dalamnya juga bisa tercapai. Fokusnya adalah sumber daya
manusia, biasanya organisasi-organisasi sosial dan non-profit banyak mengadopsi
kerangka model ini.
3. Kerangka Politis
Kerangka ini menunjukan bahwa
organisasi dipandang sebagai sebuah koalisi dari berbagai individu dan kelompok
yang ada di dalamnya. Muaranya adalah kepentingan yang harus dan berusaha
dipenuhi, baik kepentingan sendiri-sendiri maupun kepentingan
kelompok-kelompok. Organisasi dalam model ini, tingkat loyalti anggotanya biasanya
rendah, karena hanya berfokus pada kepentingannya masing-masing. Umumnya
kompetisi internal sangat terasa untuk memperjuangkan kepentingan
masing-masing, akan tetapi ketika berhadapan dengan pihak luar organisasi,
orang-orang ini menjadi sangat solid memperjuangkan organisasi secara
bersama-sama.
4. Kerangka Simbolis
Organisasi ini berfokus pada
simbol-simbol tertentu dan terikat secara bersama-sama karena adanya simbol
ini. Dapat saja terkait dengan budaya tertentu, atau peristiwa penting tertentu
yang mampu menyatukan individu didalamnya. Bentuk nyata dari organisasi yang
mendasarkan dirinya pada kerangka simbolik ini adalah organisasi keagamaan,
organisasi kedaerahan, dan organisasi kepemudaan. Misalnya (tanpa bermaksud
SARA): Ikatan Keluarga Kabupaten Pati di Jakarta, atau Ikatan Kristen Batak di
Jakarta, dan lain sebagainya.
Struktur Dasar
Organisasi
1. Struktur Organisasi Fungsional
Organisasi
fungsional adalah suatu organisasi dimana wewenang dari pimpinan tertinggi
dilimpahkan kepada kepala bagian yang mempunyai jabatan fungsional untuk
dikerjakan kepada para pelaksana yang mempunyai keahlian khusus. Struktur
organisasi fungsional diciptakan oleh F.W.Taylor. Struktur ini berawal dari
konsep adanya pimpinan yang tidak mempunyai bawahan yang jelas dan setiap
atasan mempunyai wewenang memberi perintah kepada setiap bawahan, sepanjang ada
hubunganya dengan fungsi atasan tersebut. Setiap pegawai mempunyai pengawas
lebih dari satu orang atasan yang berberda-beda. Didalam lembaga pendidikan
khususnya di Indonesia, pada umumnya menggunakan struktur organisasi fungsional
Struktur organisasi ini sangat cocok diterapkan karena dapat memudahkan
melakukan pengawasan.
Struktur organisasi
fungsional terdiri dari bagian bagian tertentu misalnya Bagian Pemasaran,
Bagian Produksi, Bagian Personalia dan Bagian Pembelanjaan serta Bagian Umum.
Pada struktur organisasi fungsional apabila ada
seseorang yang diserahi tugas untuk mengelola suatu proyek biasanya
orang tersebut sudah terlanjur setia pada bagian mana dia dahulu bekerja. Oleh karena itu seyogyanya
offing tersebut tidak memanfaatkan dengan menarik seluruh orang-orang dari
bagiannya dahulu, tetapi sebaiknya juga menarik orang-orang pada bagian lain
yang mampu sehingga pengalaman dan pengetahuan dapat dishare bersama-sama.
Ciri-ciri
organisasi fungsional adalah sebagai berikut :
1. Organisasi skala
kecil
2. Di dalamnya
terdapat kelompok-kelompok kerja staff ahli
3. Spesialisasi
dalam pelaksanaan tugas
4. Target yang
hendak dicapai jelas dan pasti
5. Pengawasan
dilakukan secara ketat
6. Tidak
menjamin adanya kesatuan perintah
7. Hemat waktu
karena mengerjakan pekerjaan yang sama
Keuntungan dari organisasi dalam bentuk
fungsional adalah:
o Adanya
pembagian tugas antara kerja pikir (mental) dan fisik.
o Dapat
dicapai tingkat spesialisasi yang baik.
o Solidaritas
antara orang-orang yang menjalankan fungsi yang sama tinggi.
o Moral
serta disiplin kerja yang tinggi.
o Koordinasi
antara orang-orang yang ada daiam satu fungsi mudah dijalankan
o Anggaran,
personalia, dan sarana tepat dan sesuai
Kekurangan dari organisasi bentuk fungsional
adalah:
o Insiatif
perseorangan sering tertekan karena sudah dibatasi pada satu fungsi.
o Sulit
mengadakan pertukaran tugas, karena terlalu menspesialisasikan diri dalam satu
bidang saja.
o Koordinasi
yang sifatnya menyeluruh sulit diadakan karena orang-orang yang bergerak dalam
satu bidang mementingkan fungsinya saja.
o Pejabat
fungsional sering kali mengalami kebingungan dalam mengikuti prosedur
administrasi
Sumber
:
http://one.indoskripsi.com/node/5171
http://awinfield6.blogspot.com/2009/12/struktur-organisasi-fungsional
2. Struktur Organisasi Berbasis Proyek
Pada dasarnya struktur organisasi
proyek bermula dari organisasi fungsional. Pengelola proyek dari suatu
bagian meminta agar orang–orang fungsional
yang bekerja pada proyek benar–benar pindah untuk bekerja sepenuhnya dibawah
kekuasaannya.
Semakin banyak proyek maka semakin
banyak pula duplikasi fungsi. Selain itu para karyawan akan ragu di mana dia
akan ditempatkan bila pelaksanaan proyek sudah selesai. Sebaliknya manajer
bagian mungkin akan khawatir bila personelnya ditarik ke proyek-proyek.
Pemanfaatan personel-personil yang fungsional akan menjadi tidak efektif dan
efisien. Oleh karena itu diciptakanlah apa yang disebut struktur organisasi
matriks
3. Struktur Organisasi Matrik
Bentuk organisasi matriks merupakan
bentuk campuran antara struktur organisasi fungsional dengan proyek, akibatnya
masing-masing anggota tim seringkali bertanggung jawab kepada dua atau lebih
pemimpin.
Organisasi matriks biasanya diciptakan berdasarkan
kebaikan-kebaikan organisasi fungsional dan
organisasi proyek. Para ahli/staf dihimpun berdasarkan fungsinya untuk mengerjakan proyek tertentu. Dalam hal
ini dibentuk bagian manajemen proyek secara tersendiri. Masing-masing bagian
secara struktural tidak boleh mempunyai proyek. Walaupun demikian berbagai
proyek masih dapat dilakukan oleh perusahaan akan tetapi berada di bawah pengawasan manajemen proyek.
Struktur matriks ini bisa jadi lemah
(weak), berimbang (balanced), atau kuat (strong). Lemah jika elemen-elemen dan
peran fungsional dominan di dalam fungsi matrik ini dan kuat jika organisasi
matriks ini lebih dominan dan lebih condong pada elemen struktur proyek.
Kesulitan mengadopsi dan
melaksanakan funsi organisasi matriks ini ialah bahwa organisasi matriks
biasanya hanya dapat dilakukan oleh perusahaan besar dan bila sistemnya tak
lancar dapat menimbulkan konflik dan kesenjangan antara bagian fungsional dan
bagian proyek.
Pengaruh Struktur Organisasi Terhadap
Proyek
Setiap
proyek dibentuk dengan fungsi dan tanggung jawab masing-masing pihak yang
terlibat di dalamnya. Oleh karena itu, struktur pembagian tugas dan tanggung
jawab, yang tercermin dari struktur organisasi yang diadopsi sangat menentukan
dan sangat berpengaruh pada proyek yang dijalankan.
Struktur
Organisasi yang baik, hendaknya mendukung dan sesuai dengan type proyek yang
dilaksanakan. Memberikan kejelasan fungsi proyek, memudahkan pencapaian tujuan
proyek, tetapi juga dapat memaksimalkan peran-masing-masing individu yang
terlibat sesuai denngan fungsi, kapabilitas, dan kompetensi spesifiknya
masing-masing. Pertimbangan pemanfaatan sumber daya yang dimiliki, type proyek
dan rencana pencapaian tujuan proyek harus menjadi faktor dominan dalam
menentukan struktur organisasi yang dipilih sebagai kendaraan menuju proyek
yang sukses.
DownLoad versi PDF