Search This Blog
Friday, March 23, 2012
Project Charter
Dalam manajemen proyek, project charter merupakan dokumen yang menegaskan mengenai dari ruang lingkup, tujuan dan peserta dalam sebuah proyek. Ini memberikan penggambaran awal dari peran dan tanggung jawab, menguraikan tujuan proyek, mengidentifikasi stakeholder utama, dan mendefinisikan kewenangan manajer proyek. Ini berfungsi sebagai referensi kewenangan untuk masa depan proyek.
Project charter biasanya dokumen pendek yang mengacu pada dokumen yang lebih rinci seperti permintaan penawaran baru atau permintaan proposal, merupakan lembar perjanjian antara project team dengan shareholder yang menjelaskan tentang alasan kenapa proyek ini dijalankan, fokus, dan tujuannya. Project Charter juga menjelaskan tentang sumber daya yang dibutuhkan tim agar project berhasil. Project charter menetapkan otoritas ditugaskan untuk manajer proyek, terutama dalam lingkungan manajemen matriks .
Tujuan dari project charter adalah untuk mendokumentasikan:
- Alasan untuk melakukan proyek
- Tujuan dan kendala proyek
- Identitas para stakeholder utama
- Hal-hal apa saja yang akan dilakukan dan yang tidak dilakukan
- Sasaran manfaat proyek
- Anggaran belanja Menjelaskan apa yang dibutuhkan oleh tim
- Mengklarifikasi apa yang diinginkan oleh tim
- Menjaga fokus tim
- Menyelaraskan tujuan tim dan tujuan organisasi
- Untuk mengotorisasi.
- Berfungsi sebagai dokumen penjualan utama.
- Sebagai titik fokus sepanjang.
1. Business Case
Menjelaskan tentang kondisi saat ini, dan menekankan pada betapa kritis permasalahan ini dan alasan mengapa project ini penting untuk dijalankan sekarang.
2. Problem dan Goal
Specific (tujuan dari project ini spesifik dan jelas terindentifikasi)
Measureable (mempunyai alat ukur sebagai parameter kesuksesan)
Attainable (tujuan project harus menantang namun memiliki tingkat keberhasilan yang tinggi)
Relevant (berhubungan langsung dengan tujuan bisnis)
Time bound (project harus memiliki jangka waktu)
3. Ruang lingkup project (Scope)
Area/proses/departemen mana saja yang dilibatkan dan tidak dilibatkan dalam project ini. Apa batasan proses yang akan dilakukan? Apa saja yang akan dilakukan? Apa saja yang tidak termasuk dalam lingkup pekerjaan ini? Dimana titik mulai dan titik selesainya
4. Roles & Milestone
Tentukan durasi project, tetapkan siapa saja yang terlibat dalam project, dan jelaskan sumber daya yang dibutuhkan.
5. Project Benefit
Menjelaskan potensi keuntungan yang didapat dari menjalankan project ini. Di dalamnya dapat pula dantumkan formulasi perhitungan dari keuntungan yang didapat.
6. Project Budget
Adalah rencana anggaran awal yang direncakana akan digunakan untuk mendanai seluruh kegiatan proyek. Anggaran ini harus di state dengan jelas. dapat dicantumkan jumlah globalnya saja, dalam item-item penting saja atau dapat pula dalam bentuk yang lebih detail.
Referensi:
http://www.sixsigmaindonesia.com/project-charter/
Inisialisasi Proyek
Technical Meeting
Participant:
1. Irmasari Hafidz
2. Mahasiswa MPTI Kelas C
Tanggal: 15 Maret 2012
Tempat: Ruang TC 107 Jurusan Sistem Informasi, Fakultas Teknologi Informatika ITS
Project Biding: Pembuatan Website
Disepakati: Website Alumni Jurusan Sistem informasi ITS
Lain-Lain Requirement Awal Website:
- Informatif
- Tidak berorientasi pada penggunaan data base
Penunjukan Team Project:
1. Project Manager : Annis Paramita Dila
2. System Analyser : Candra Dwi Aprida
3. Design : IGM Ananda Bagus Yudanta
4. Software Engineering : Teguh Iman Hermanto
5. Technical and Legal Drafting : Eko Siyam Budiyanto
Participant:
1. Irmasari Hafidz
2. Mahasiswa MPTI Kelas C
Tanggal: 15 Maret 2012
Tempat: Ruang TC 107 Jurusan Sistem Informasi, Fakultas Teknologi Informatika ITS
Project Biding: Pembuatan Website
Disepakati: Website Alumni Jurusan Sistem informasi ITS
Lain-Lain Requirement Awal Website:
- Informatif
- Tidak berorientasi pada penggunaan data base
Penunjukan Team Project:
1. Project Manager : Annis Paramita Dila
2. System Analyser : Candra Dwi Aprida
3. Design : IGM Ananda Bagus Yudanta
4. Software Engineering : Teguh Iman Hermanto
5. Technical and Legal Drafting : Eko Siyam Budiyanto
Friday, March 9, 2012
MPTI Class C: Team 2nd
Founded:
08 Maret 2012
@Plasa Sistem Informasi
on Kuliah MPTI
Semangat Reeeekk...!!!!!!!!!!!
Project Manager:
Annis Paramita Dilla
System Analyst:
Candra Dwi Aprida
Technical and LegaL Writting:
Eko Siyam Budiyanto
User Interface and Design:
Igm Ananda Bagus Yudanto
Software Engineering:
Teguh Iman Hermanto
08 Maret 2012
@Plasa Sistem Informasi
on Kuliah MPTI
Semangat Reeeekk...!!!!!!!!!!!
Project Manager:
Annis Paramita Dilla
System Analyst:
Candra Dwi Aprida
Technical and LegaL Writting:
Eko Siyam Budiyanto
User Interface and Design:
Igm Ananda Bagus Yudanto
Software Engineering:
Teguh Iman Hermanto
Type Kepemimpinan
Berdasarkan
pengalaman sejarah, ada beberapa gaya pemimpin besar yang terkenal yang mampu
memajukan organisasinya atau paling tidak, menjadikannya populer di dunia.
Masing-masing memiliki ciri dan gayanya sendiri-sendiri, tak terlepas dari
kelebihan dan kekurangan yang menyertainya. Berikut adalah beberapa gaya
kepemimpinan tersebut:
A. Otoriter
Pemimpin Otoriter
menganut paham bahwa dirinya adalah segalanya. Pemimpin yang membuat aturan dan
orang-orang didalam organisasinya harus mematuhi apapun yang dikehendaki dan
menjadi keputusannya.
Moammar Khadafi
dari Libya dan Louis XIV dari Perancis adalah sedikit contoh pemimpin yang
memiliki tipe otoriter dalam memegang wewenang dan kekuasaannya. Ucapan Louis
XIV, “L’etat ces moi” yang sangat terkenal itu menunjukkan betapa arogannya
penguasa yang satu ini. Yang menganggap bahwa negara adalah dirinya. Bahwa apa
yang menjadi keinginannya itulah yang berlaku sebagai hukum yang harus dipatuhi
dan dilaksanakan di negara Perancis saat itu. Demikian halnya dengan Moammar Khadaffi yang menganggap Libya adalah keluarga miliknya, dan dia adalah pemimpin keluarga tesebut.
Kelebihan:
- Tujuan lebih mudah dicapai, karena hanya mengadopsi kepentingan satu orang.
- Dengan alasan yang sama, tidak pernah terjadi konflik kepentingan dalam organisasi.
- Pengambilan keputusan mudah dilakukan.
Kekurangan:
- Anggota organisasi tidak bisa berinovasi, minim kreasi
- Anggota organisasi tidak bisa menyampaikan pendapatnya dan tidak memiliki posisi tawar dalam pengambilan keputusan
- Pemimpin terlalu berkuasa, sehingga biasanya sering terjadi abuse of power
B. Militer
Sesuai dengan
namanya, tipe kepemimpinan ini menggunakan kekuasaan dan wewenang formal di
dunia militer dan berbasis pada kekuatan angkatan bersenjata yang dimiliki
untuk mem-back up threatment dari luar. Di dalamnya hanya ada satu garis
komando: atasan. Di sini atasan berkuasa dan bertanggung jawab penuh terhadap
bawahannya. Segala perintah atasan, adalah order yang tidak bisa dibantah dan
harus dilaksanakan oleh bawahan.
Soeharto bisa
menjadi contoh gaya kepemimpinan militer. Dengan didukung kekuatan militer
sekaligus sebagai pemimpin tertinggi TNI/ABRI, setiap kata-katanya adalah
perintah yang harus dilaksanakan. Kala itu tak seorang pun yang berani bersuara
untuk menentang kebijaksanaannya. Dukungan penuh dari Kopassus kala itu
menjadikan militer Indonesia menjadi salah satu yang paling menakutkan di
dunia, bahkan CIA pun segan.
Kelebihan:
- Hanya ada satu garis komando, sehingga jelas wewenang dan tanggung jawabnya
- Keputusan mudah diambil.
- Adanya kejelasan peran dan tanggung jawab masing-masing dengan tingkat konsekuensi yang tinggi.
Kekurangan:
- Bawahan/anggota tidak memiliki hak dan kontribusi apapun dalam pengambilan keputusan.
- Terlalu kaku dan formal
- Kurang menghargai pendapat anggota, anggota hanya bisa berpendapat jika diminta pendapatnya saja.
- Terlalu bergantung pada atasan, jika tidak ada atasan, bawahan ini seperti anak ayam kehilangan induknya.
C. Father/Kebapakan
Gaya ini
menempatkan pemimpin layaknya seorang ayah bagi organisasi dan anggota yang
lainnya. Pemimpin lebih tahu dalam segala hal daripada anggotanya. Sehingga pemimpinlah
yang mengarahkan anggotanya layaknya ayah membimbing anak-anaknya.
Soeharto juga
layak menjadi contoh tipe pemimpin ini. Caranya mengatur pemerintahan yang
kalem dan mengayomi menunjukkan salah satu cirinya.
Kelebihan:
- Mudah mengambil keputusan
- Keputusannya sangat dihormati, bijaksana
- Mendengarkan keluhan anggota
- Mengayomi kepentingan anggota
Kekurangan
- Menganggap anggotanya masih belum dewasa, kurang pengetahuan dan skill
- Menganggap pemimpin tahu segalanya
D. Kharismatik
Max weber
mendefinisikan kepemimpinan kharismatik sebagai pengabdian diri terhadap
kesucian, kepahlawanan tertentu, atau sifat yang patut dicontoh dari seseorang,
dan dari corak tata tertib yang diperlihatkan olehnya. Dari pengertian tersebut
diinginkan seorang pemimpin yang bisa menjunjung tinggi kejujuran, sikap
kepahlawanan, yang diaplikasikan dari kebijakan yang diterapkan. Pemimpin yang
kharismatik adalah pemimpin yang dalam kepemimpinanya dipercaya secara penuh
oleh masyarakat. Ia mendapat tempat yang istimewa di hadapan masyarakat. Ia
dipuja, dicintai, dihormati, dihargai, dan sebagainya. Dalam melaksanakan
perintah ia dapat dengan mudah melakukannya karena rakyat telah percaya
padanya.
Dalam penafsiran
yang lain mengatakan bahwa kepemimpinan kharismatik adalah kepemimpinan yang
hanya bersumber dari kharisma. Dimana charisma diartikan dengan orang yang
memiliki keahlian tersendiri yang tidak dimiliki oleh orang lain seperti hal
hal gaib dan sebagainya. Memang itu sebagai kelemahan dari kepemimpinan
kharismatik.
Diperlukan
kualitas kepribadian dan berbagai kualitas lain yang memancarkan citra yang
penuh kepercayaan diri dan daya tarik serta daya pesona sehingga seseorang
dapat digolongkan sebagai manusia yang kharismatik. Meskipun tidak semua
pemimpin kharismatik memiliki perpaduan kualitas yang sama, namun terdapat
sejumlah kualitas yang secara umum dimiliki oleh pemimpin kharismatik. Beberapa
orang memang memiliki salah satu atau lebih kualitas atau atribut, namun orang
kharismatik cenderung memiliki kualitas atau atribut dalam jumlah yang luar
biasa seperti :
1) Tingkat energi tinggi,
4) Bakat yang luar biasa,
5) Kecerdasan yang sangat tinggi,
6) Postur tubuh yang indah,
7) Wajah yang menawan,
8) Sikap yang tenang meskipun dibawah
tekanan,
9) Kesadaran yang kuat tentang diri
pribadi,
10) Kemampuan menentukan arah dan tujuan,
11) Komitmen yang tinggi serta tekad untuk
berhasil.
Masih ingat
Presiden Soekarno? Ya, Bung Karno adalah gambaran yang sangat jelas mengenai
sosok pemimpin kharismatik. Pesona pribadinya mampu membuat rakyat Indonesia
mematuhinya dengan penuh hormat. Setiap orasinya dalam pidato-pidatonya mampu
meningkatkan moral bangsa Indonesia kala itu dan membuat kecut nyali lawan.
Mengingat latar
belakang indonesia sebagai negara miskin baru merdeka, betapa kharismanya yang
luar biasa, membuat “Dwikora”-nya kala itu membuat Inggris di Malaysia gentar.
Juga penolakannya terhadap bantuan Amerika dengan slogan terkenalnya “Go to
hell with your aids” membuat Indonesia lebih dipandang di dunia meskipun miskin
dan tertinggal.
Kelebihan
- Lebih mudah mengambil keputusan
- Mudah mempengaruhi anggota, sehingga jarang terjadi konflik berkepanjangan
- Manejemen konflik lebih baik
- Tidak memandang harta dan kekayaan sebagai latar belakang seseorang
- Akan sangat mudah di dalam memimpin suatu lembaga/organisasi, karenakan seluruh anggota dalamnya mempunyai loyalitas yang tinggi kepada pemimpinnya
Kekurangan:
- Kadangkala rakyat/anggota yang fanatik akan mengikuti pemimpinnya yang kharismatik walaupun kebijakan yang dibuatnya salah.
- Terkadang, pemimpin ini dipilih hanya berdasarkann kharismanya saja, padahal sebenarnya uncapable.
E. Demokratis
Kepemimpinan demokratis ditandai dengan
adanya suatu struktur yang pengembangannya menggunakan pendekatan pengambilan
keputusan yang kooperatif. Dibawah kepemimpinan demokratis bawahan cenderung
bermoral tinggi, dapat bekerja sama, mengutamakan mutu kerja dan dapat mengarahkan
diri sendiri (Rivai, 2006).
Menurut Robbins dan Coulter (2002), gaya kepemimpinan demokratis mendeskripsikan pemimpin yang cenderung mengikutsertakan karyawan dalam pengambilan keputusan, mendelegasikan kekuasaan, mendorong partisipasi karyawan dalam menentukan bagaimana metode kerja dan tujuan yang ingin dicapai, dan memandang umpan balik sebagai suatu kesempatan untuk melatih karyawan
Jerris (1999) menyatakan bahwa gaya
kepemimpinan yang menghargai kemampuan karyawan untuk mendistribusikan
knowledge dan kreativitas untuk meningkatkan servis, mengembangkan usaha, dan
menghasilkan banyak keuntungan dapat menjadi motivator
bagi karyawan dalam bekerja.
Ciri-ciri gaya kepemimpinan demokratis (Sukanto, 1987):
- Semua kebijaksanaan terjadi pada kelompok diskusi dan keputusan diambil dengan dorongan dan bantuan dari pemimpin.
- Kegiatan-kegiatan didiskusikan, langkah-langkah umum untuk tujuan kelompok dibuat, dan jika dibutuhkan petunjuk-petunjuk teknis pemimpin menyarankan dua atau lebih alternatif prosedur yang dapat dipilih.
- Para anggota bebas bekerja dengan siapa saja yang mereka pilih dan pembagian tugas ditentukan oleh kelompok.
Saat ini hampir semua negara di dunia menganut
paham ini, karena menganggap lebih manusiawi dan lebih menghargai hak-hak orang
banyak. Di sini saya mengambil Gus Dur, sebagai contohnya. Contoh paling
ekstrimnya adalah ketka pada tahun 1999, beliau memberikan kebebasan sepenuhnya
bagi warga untuk menganut agama dan kepercayaannya masing-masing berikut dengan
tradisi-tradisi yang melekat di dalamnya. Terutama adalah bagi warga keturunan
China di Indonesia. Dimana sebelumnya, warga ini mengalami diskriminasi dalam
hal agama dan kebudayaan. Dengan Gus Dur yang memberikan jaminan kebebasan,
kini semua warga memiliki kebebasan yang sama untuk berekspresi.
Kelebihan:
- Aspirasi setiap orang dapat diakomodasi
- Lebih menghargai setiap anggota dengan segala kepentingan dan latar belakangnya
- Pengambilan keputusan lebih menekankan pada kepentingan bersama
Kekurangan:
- Sulit mengambil keputusan, terkadang membutuhkan waktu yang lama
- Rawan konflik kepentingan
DownLoad Versi PDF
Team Building
A.
Kerja sama
Sifat manusia
sebagai makhluk sosial, yang tidak mampu berdiri sendiri tanpa bantuan manusia
lain mendorong manusia untuk bekerja sama dengan manusia lain untuk mencapai
tujuan. Oleh karena itulah manusia membentuk kelompok-kelompok bersama untuk
bersama-sama dengan sinergi yang baik, bekerja mencapai tujuan dimaksud.
Kelompok dapat
diartikan sebagai kumpulan yang terbentuk dari dua orang atau lebih. Sedangkan
kerja sama dapat diartikan sebagai kesepakatan yang dilakukan oleh kelompok
untuk melakukan sesuatu yang saling menguntungkan atau untuk tujuan bersama
yang telah disepakati.
Moh.
Jafar Hafsah menyebut kerja sama ini dengan istilah “kemitraan”, yang artinya
adalah “suatu strategi bisnis yang dilakukan oleh dua pihak atau lebih dalam
jangka waktu tertentu untuk meraih keuntungan bersama dengan prisip saling
membutuhkan dan saling membesarkan.”
H.
Kusnadi mengartikan kerja sama sebagai “dua orang atau lebih untuk melakukan
aktivitas bersama yang dilakukan secara terpadu yang diarahkan kepada suatu
target atau tujuan tertentu.”
Sehingga Team Building ini dapat kita artikan sebagai upaya bersama untuk membangun kerjasama yang sinergis dan solid dalam sebuah kelompok untuk mencapai tujuan bersama. Dalam konteks Manajemen Proyek TI, berarti tujuan bersama dimaksud adalah menyelesaikan proyek yang berhubungan dengan Teknologi Informasi yang telah disepakati dan menjadi tanggung jawab bersama.
1 1. Syarat
terbentuknya Team
Sebuah Team, dapat
terbentuk apabila ada orang-orang yang bergabung dalam kelompok, baik secara
sukarela maupun “terpaksa”. Sukarela, jika kelompok yang terbentuk bergabung
atas kehendak sendiri, misalnya dengan teman-teman sepermainan atau sedaerah.
Kelompok-kelompok seperti ini biasanya bersifat informal, dimana tidak ada
aturan tertulis yang mengatur masing-masing anggotanya.
Sedangkan kelompok
yang kedua adalah kelompok yang formal. Beberapa diantaranya terbentuk dengan “terpaksa”,
misalnya Organisasi Siswa Intra Sekolah dan Korps Pegawai Negeri, dimana semua
siswa harus bergabung didalam OSIS demikian juga para pegawai negeri wajib
hukumnya menjadi anggota Korpri. Kelompok Formal ini memiliki aturan yang jelas
mengenai organisasi, tugas, peran, wewenang dan tanggung jawab masing-masing
anggotanya dituangkan secara jelas dalam aturan bersama yang menjadi patokan (AD/ART)
yang harus dipatuhi semua anggotanya.
Secara umum,
alasan terbentuknya kelompok antara lain sebagai berikut:
-
Adanya
kesamaan visi dan misi
-
Kesetaraan
Kemampuan
-
Adanya
reward yang lebih baik
-
Keharusan
-
Kedekatan
fisik dan emosional
2 2.
Proses
terbentuknya Team
- Pembentukan
(Forming)
Pada tahap awal ini biasanya ditandai dengan idealisme dari
masing-masing anggota yang masih tinggi, semua masih berpikir dalam kerangka
konsep pribadinya masing-masing. Si A dengan kompetensi XXX fokus pada pekerjaan
1. Si B dengan kapabilitas di bidang YYY fokus pada pekerjaan maksakan” idenya untuk diterima
dalam kelompok dengan kukuh mempertahankan idealismenya masing-masing atau yang
lebih tepat kita sebut dengan “mempertah2, dan
seterusnya. Masing-masing masih berusaha “meankan egonya masing-masing”
- Konflik
(Storming)
Pada tahapan selanjutnya, yang justru terjadi adalah konflik
kepentingan antara anggota kelompok. Untuk mengatasinya, diperlukanlah storming,
adalah pemecahan masalah bersama yaitu menyatukan dan mensinergikan kompetensi
dan kepentingan setiap anggota kelompok, untuk dapat terus berjalan menggapai
tujuan bersama
- Pembentukan
Peratutan (Norming)
Setelah masalah konflik dapat diatasi, tahapan selanjutnya
adalah pembentukan norma dan aturan bersama, yang mana aturan inilah yang akan
digunakan dan dipatuhi jika terjadi konflik. Dan akan digunakan sebagai pedoman
untuk bekerja sama dalam team dan menyelesaikan proyek yang menjadi tanggung
jawabnya. Di dalamnya termasuk tugas dan tanggung jawab setiap anggota.
- Role
(Performing)
Tahapan selanjutnya adalah dimana setiap anggota menunjukkan
kemampuan terbaiknya dan bekerja sama untuk menyelesaikan proyek, yang disebut
Performing.
- Evaluasi
(Adjourning)
Dan Tahap akhirnya adalah evaluating. Yaitu setelah selesai
perform, perlu dievaluasi apakah team yang telah terbentuk ini akan
dipertahankan untuk next cycle project ataukah dibubarkan. Tentu saja ini,
relatif, sesuai dengan kebutuhan dan kesepakatan bersama anggota-anggotanya.
B.
Kepemimpinan
Di dalam kelompok, peran seorang pemimpin adalah sangat
vital, karena pemimpinlah yang akan mengorganisasikan kelompok untuk dapat
berjalan sinergis, mendorong kelompok untuk lebih perform, mengambil keputusan
yang tepat, mengatasi konflik dalam kelompok dan sebagainya. Oleh karena itu,
seorang pemimpin haruslah seorang yang memiliki kapabilitas yang dapat
memajukan kelompoknya.
1 1. Karakter
Pemimpin
Untuk itu semua, hendaknya
pemimpin memiliki karakteristik sebagai berikut:
·
Bertanggung
Jawab
·
Memiliki
kemampuan dalam pengambilan keputusan
·
Tegas
·
Bijaksana
·
Mampu
mengatur
·
Cerdas
·
Berwasasan
Luas
·
Adil
·
Mampu
memotivasi dan menjadi teladan
·
Disiplin
·
Memiliki
Integritas
·
Berdedikasi
tinggi
·
Dapat
Dipercaya
·
Kritis
·
Responsif
·
Profesional
Dan masih banyak lagi sifat positif yang hendaknya dimiliki
oleh seorang pemimpin.
2 2. Pimpinan
vs Pemimpin
Apakah semua pimpinan adalah pemimpin? Atau
apakah sebaliknya? Dalam konteks manajemen pemimpin dan pimpinan adalah dual
hal yang berbeda. Pimpinan, mengacu pada atribut sosial yang melekat pada diri
seseorang, status formal dan jabatan yang diberikan/ditetapkan untuk memegang
suatu tugas tertentu (atasan, boss). Sedangkan pemimpin merujuk pada
karakteristik yang melekat pada pribadi seseorang, yang menjadikan seseorang
itu mampu mengorganisasi dengan baik, orang-orang dalam kelompoknya (manager). Jadi
tidak semua pimpinan mampu menjadi pemimpin yang baik, dan seorang pemimpin,
jika dijadikan pimpinan, maka ia akan tumbuh menjadi pimpinan yang baik.
Download Versi PDF
Download Versi PDF
Wednesday, March 7, 2012
Siklus Hidup Produk
Predictive
life cycle
Siklus hidup
prediktif mensyaratkan bahwa lingkup proyek didefinisikan secara jelas di awal
untuk menyertakan dan menentukan jadwal dan biaya proyek. Sebagian besar waktu
dihabiskan untuk memperjelas persyaratan perangkat lunak sebelum segala sesuatunya
dimulai. Dalam siklus hidup prediktif,
ada beberapa model yang dikembangkan yaitu:
1 Waterfall Model
1 Waterfall Model
Adalah model pengembangan yang paling tradisional yang
digunakan. Model ini memiliki struktur top-down, atau linier . Biasanya fase yang
sudah dilalui tidak diulangi, walaupun mungkin
diperlukan adanya tumpang tindih antara
fase yang berbeda jika perlu. Umumnya, output dari setiap tahap menjadi masukan
untuk selanjutnya.
2. Spiral Model
Model siklus spiral berbeda dari pendekatan linear
yang terkait dengan siklus hidup waterfall dalam fase set yang sama, siklus hidup spiral sifatnya berulang. Tahap
seperti perencanaan, pengembangan, konstruksi, dan evaluasi mengalami beberapa
kali iterasi sampai produk akhir selesai.
3.
Incremental
Build Model
siklus hidup ini menyediakan pengembangan perangkat
lunak progresif operasional, dengan setiap rilis menambahkan kemampuan baru. Sebetulnya
sama dengan model spiral, hal yang membuatnya berbeda dari siklus hidup spiral adalah di mana
bagian-bagian dari proyek ini dibuat dan diuji secara terpisah
4.
Prototyping
Model
Model prototipe melibatkan keterlibatan pengguna utama
sementara pengembang menghasilkan persyaratan fungsional dan spesifikasi desain
fisik secara bersamaan. Sebuah model dibuat yang dianalisis, diperiksa, dan
diuji oleh pekerja ahli yang kemudian dapat memberikan rekomendasi untuk
perbaikan
5.
Rapid
Application Development (RAD) Model
model siklus hidup ini berfokus pada membangun
aplikasi dalam jumlah yang sangat singkat dengan kompromi dalam kegunaan,
fitur, dan / atau kecepatan eksekusi. Penekanan pada kecepatan membantu
memastikan bahwa kebutuhan klien tidak berubah sebelum siklus selesai, seperti
yang sering terjadi ketika menerapkan model waterfall siklus hidup di masa
lalu.
Adaptive Software Development (ASD) life cycle
Type siklus
hidup adaptif ini biasanya dikembangkan pada perangkat lunak yang dibangun
berdasarkan misi dan komponen, proyek ini biasanya di bangun dalam
siklus-siklus berbasis waktu misal mingguan, karena untuk memenuhi
tanggal-tanggal target proyek.
ASD
adalah misi driven, siklusnya berulang dan adaptive terhadap perubahan. Model
ini sangat baik digunakan ketika requirement
tidak dapat dinyatakan dengan jelas di awal siklus. ASD awalnya
tumbuh dari pengembangan aplikasi cepat. Bertentangan
dengan RAD, ASD menyediakan untuk
adaptasi terus menerus untuk keadaan yang muncul dari proyek. Baru-baru
ini, pengembangan perangkat lunak jangka pendek telah menjadi populer dan dipertukarkan dengan
pengembangan perangkat lunak adaptif. Ada
dua model dalam siklus ASD yaitu pemrograman ekstrim dan Scrum.
1.
Extreme
Programming
Pemrograman ekstrem (XP) berfokus
terutama pada pengurangan biaya perubahan dengan memperkenalkan praktik yang lebih
fleksibel dalam kegiatan sehari-hari. Beberapa
nilai-nilai pemrograman ekstrim menekankan komunikasi dan kesederhanaan. Dalam
kolaborasi pengguna dan programmer membutuhkan komunikasi yang cepat di mana
informasi harus didistribusikan dengan cepat di antara anggota tim. XP
juga mempromosikan solusi sederhana Dalam pendekatan ini, fokusnya adalah pada pemenuhan
kebutuhan hari ini, daripada besok. Kelemahannya
menumpuk lebih banyak pekerjaan di masa depan.
2. Scrums
Scrums
mirip dengan model siklus hidup yaitu menggunakan pendekatan iteratif untuk
mengatasi kebutuhan yang terus berubah. Perbedaannya
adalah dengan scrum, ini pengulangan bersifat dan dilakukan sangat cepat, yang
biasanya terakhir sekitar tiga puluh hari. Dalam
model ini, fokus tim hanya pada bagian kerja mereka sendiri-sendiri, sementara
seorang manajer proyek mengkoordinasikan pekerjaan secara keseluruhan. Salah
satu prioritas utama dari seorang manajer proyek adalah untuk mengidentifikasi
dan menghilangkan kendala yang dapat menghambat kemampuan tim 'untuk mencapai
tujuan mereka.
Apapun
yang satu model memilih, seorang manajer proyek harus meninjau setiap tahapan
siklus sebelum melanjutkan ke tahapan berikutnya. Alasan
untuk ini adalah bahwa sebagai proyek yang berlanjut, organisasi biasanya perlu
mengeluarkan lebih banyak uang dan sumber daya untuk itu. Karena
berbagai faktor seperti kompatibilitas dengan tujuan organisasi lain, potensi
keberhasilan, dan biaya, mungkin memerlukan pengaturan ulang atau bahkan
penghentian. Sesi
review ini oleh manajemen disebut sebagai fase keluar atau kill point. Ini
adalah aspek yang sangat penting dari siklus hidup untuk menjaga proyek tetap
pada jalurnya.
Siklus Hidup dan Fase Proyek
Siklus hidup proyek adalah kumpulan dari tahapan proyek umumnya berurutan
dan kadang-kadang tumpang tindih yang nama dan jumlah yang
ditentukan oleh kebutuhan pengelolaan
dan pengendalian organisasi atau organisasi
yang terlibat dalam proyek, sifat proyek itu sendiri, dan cakupan aplikasi
aplikasi. Sebuah siklus
hidup dapat didokumentasikan dengan
metodologi.
Siklus hidup proyek tersebut dapat ditentukan atau dibentuk oleh
aspek-aspek unik dari industri,
organisasi atau teknologi yang digunakan. Sementara setiap proyek memiliki awal yang pasti
dan akhir yang pasti, tujuan spesifik dan kegiatan
yang terjadi di antara akan
sangat bervariasi dengan proyek. Siklus hidup memberikan kerangka dasar untuk mengelola proyek, terlepas dari pekerjaan tertentu yang ditangani.
Karakteristik
Siklus Hidup Proyek
Proyek bervariasi dalam ukuran
dan kompleksitas. Tidak peduli seberapa besar atau kecil, sederhana atau kompleks, semua proyek dapat dipetakan
dengan struktur siklus hidup berikut:
· Awal Proyek
· Organisasi dan
Persiapan Proyek
· Melakukan
pekerjaan proyek
· Penutupan
proyek.
Struktur umum siklus kehidupan sering disebut ketika berkomunikasi dengan manajemen atas atau badan lain yang kurang akrab dengan rincian proyek. Dalam konteks struktur siklus hidup generik, seorang manajer proyek dapat menentukan kebutuhan untuk kontrol yang lebih efektif atas kiriman tertentu. Proyek-proyek besar dan kompleks khususnya mungkin memerlukan tingkat tambahan kontrol. Dalam hal demikian, pekerjaan yang dilakukan untuk menyelesaikan tujuan proyek dapat mengambil manfaat dari yang secara resmi dibagi menjadi beberapa fase
Fase Proyek
Fase proyek
adalah perpecahan di dalam sebuah proyek di mana kontrol ekstra yang dibutuhkan
untuk secara efektif mengelola penyelesaian tujuan utama. Tahapan proyek biasanya
diselesaikan secara berurutan, tetapi dapat tumpang tindih dalam beberapa situasi
proyek.
Struktur fase
memungkinkan proyek yang akan tersegmentasi menjadi beberapa bagian yang logis untuk
kemudahan manajemen, perencanaan, dan pengendalian. Jumlah fase, kebutuhan
untuk fase, dan tingkat kontrol diterapkan tergantung pada ukuran,
kompleksitas, dan dampak potensial proyek. Terlepas dari jumlah fase yang
terdiri dari sebuah proyek, semua fase memiliki karakteristik yang mirip,
yaitu:
·
Fase Awal
Pada fase
ini, baru dicari ide awal untuk membuat proyek, perencanaan proyek, alokasi
sumber daya, membuat project charter, WBS dan sebagainya sebagai tahap awal
persiapan proyek.
·
Fase
Menengah
Ini adalah
tahap eksekusi, dimana proyek berjalan. Disini mulai menggunakan sumber daya
yang disediakan, proses pengendalian berjalan, menghadapi hambatan dan
tantangan dan mencari penyelesaiannya, sampai pada akhirnya proyek dinyatakan
selesai.
·
Fase Akhir
Fase
terakhir sebelum proyek dihentikan. Ketika fase yang berurutan berakhir, penutupan
sebuah fase berakhir dengan beberapa bentuk perpindahan hands off dari produk yang
dihasilkan sebagai fase deliverable. Akhir fase merupakan titik awal untuk
menilai kembali proyek jika diperlukan. Titik-titik yang disebut sebagai fase keluar,
tonggak, gerbang fase, gerbang keputusan, gerbang panggung, atau fase pentutup
setiap fase (kill poin). Fase yang berbeda biasanya memiliki durasi yang
berbeda atau panjang.
Sebenarnya
ada cara yang benar-benar tepat untuk menentukan struktur yang ideal untuk
sebuah proyek. Meskipun dalam praktek umum sering dijumpai penggunaan struktur tertentu,
proyek di industri yang sama atau bahkan di organisasi-sama mungkin memiliki
variasi yang signifikan. Beberapa organisasi telah menetapkan kebijakan yang
membakukan semua proyek, sementara yang lain memungkinkan tim manajemen proyek
untuk memilih yang paling sesuai untuk proyek masing-masing. Semua bergantung
pada karakteristik dan jenis-jenis proyek yang dilaksanakan itu sendiri.
sumber: PMBOK
Download versi PDF
Manajemen Stakeholder
Stakeholders atau pemangku kepentingan merupakan
orang-orang yang terlibat (baik secara langsung maupun tidak langsung) dengan
proyek dan orang-orang/lembaga yang dipengaruhi oleh aktivitas proyek maupun
hasil dari proyek.
Clarkson (dalam artikel tahun 1994) mendefinisikan
Stakeholders sebagai suatu kelompok atau individu yang menanggung suatu jenis
risiko baik karena mereka telah melakukan investasi (material ataupun manusia)
di perusahaan tersebut (‘Stakeholders sukarela’), ataupun karena mereka
menghadapi risiko akibat kegiatan perusahaan tersebut (‘Stakeholders
non-sukarela’). Karena itu, Stakeholders adalah pihak yang akan dipengaruhi
secara langsung oleh keputusan dan strategi perusahaan.
Clarkson membagi Stakeholders menjadi
dua: Stakeholders primer dan Stakeholders sekunder. Stakeholders primer adalah pihak
di mana tanpa partisipasinya yang berkelanjutan organisasi tidak dapat
bertahan. Contohnya adalah pemegang saham, investor, pekerja, pelanggan, dan
pemasok. Menurut Clarkson, suatu perusahaan atau organisasi dapat didefinisikan
sebagai suatu sistem Stakeholders primer – yang merupakan rangkaian kompleks
hubungan antara kelompok-kelompok kepentingan yang mempunyai hak, tujuan,
harapan, dan tanggung jawab yang berbeda.
Stakeholders sekunder didefinisikan
sebagai pihak yang mempengaruhi atau dipengaruhi oleh perusahaan, tapi mereka
tidak terlibat dalam transaksi dengan perusahaan dan tidak begitu penting untuk
kelangsungan hidup perusahaan. Contohnya adalah media dan berbagai kelompok
kepentingan tertentu. Perusahaan tidak bergantung pada kelompok ini untuk
kelangsungan hidupnya, tapi mereka bisa mempengaruhi kinerja perusahaan dengan
mengganggu kelancaran bisnis perusahaan.
Stakeholder, meliputi:
- Manajer Proyek
- Staff dan Pekerja proyek
- Pelanggan
- Pemilik
- Supplier
- Kontraktor dan Subkontraktor
- Sponsor bisnis/investor
- Pemerintah
- Influencer (orang-orang yang terpengaruh oleh proyek); masyarakat sekitar proyek; media massa, pelaku bisnis terkait, bahkan termasuk orang-orang yang merasa dirugikan oleh keberadaan dan keberlangsungan proyek
Teknik
Manajemen Stakeholder
Keberhasilan
proyek tidak dapat dilepaskan terhadap seberapa baiknya hubungan antara project
manager dengan stakeholder proyek. Hubungan tersebut harus bersifat kolaboratif
yang saling menguntungkan dan mendukung dalam rangka mencapai target proyek.
Beberapa
teknik yang dapat digunakan di lapangan pada proyek dengan high-visibility dan
beragam kelompok stakeholder adalah sebagai berikut:
- Build a Trusting, Collaborative Relationship With The Executive Sponsor :Suatu teknik dimana kepercayaan dibangun antar stakeholher, di samping itu juga membuat hubungan yang kolaboratif dengan sponsor utama. Jika proyek tidak memiliki sponsor, dapatkan minimal satu sponsor. Mintalah mentoring dan bimbingan dari sponsor tersebut.
- Establish a Governance Committee Consisting of The Project sponsor and Key Members of Management Impacted by the Project : Aplikasinya dapat dengan membangun suatu kerangka kerja untuk pengambilan keputusan yang efektif, fokus pada realisasi keuntungan proyek, pencapaian tujuan strategis, penempatan risiko, mengelola perubahan dan menetapkan ekspektasi
- Identify Key Stakeholder and Assess Their Political Influence : Teknik ini adalah dengan melakukan identifikasi semua stakeholder proyek, lalu menilai mereka dari aspek pengaruh secara politis yang mereka miliki atau dapat lakukan. Aplikasinya dapat berupa melaksanakan suatu analisa yang menentukan orang atau institusi yang penting yang memiliki perngaruh penting secara politis terhadap pelaksanaan proyek.
- Promote The Project As Important For Organizational Goals and Strategies : Teknik ini adalah dengan menemukan jalan untuk mempromosikan diri sendiri. Untuk itu haruslah sungguh-sungguh, berkompeten dan kredibel.
- Ensure Expected Benefit are Spesific, Measurable, Agreed to, Realistic and Time bound : Teknik ini dapat dilakukan dengan secara kontinyu menilai nilai dan dampak secara organisasi atas keuntungan proyek. Buatlah proyek saat ini memiliki sponsor bisnis yang bertanggung jawab dan akuntabel terhadap benefit yang diharapkan.
- Virtual Alliance Management : Strategi ini dapat dilakukan dengan bekerja sama dengan supplier, pelanggan, agen terkait dan bahkan kompetitor yang terbaik di bidangnya.
Download versi PDF
Sumber:
http://manajemenproyekindonesia.com/?p=1058,
07 Maret 2012.
Subscribe to:
Posts (Atom)